WELCOME TO COFFEEBREAK EDUCATION ZONE

WELCOME TO COFFEEBREAK EDUCATION ZONE

daftar isi

Google Translate
English

Minggu, 04 Maret 2012

Tugas proyek

Tugas proyek

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah uintuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara pengajaran yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas , agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda degnan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.

Kita mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisional, yang diguakan dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru akhir-akhir ini.
Perkembangan selanjutnya para ahli masih perlu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu, apakah hal itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut.
Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanakaan penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head projector, mesin belajar dan lain-lain, bahkan telah menggunakan bantuan satelit. Ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas, tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam kegiatan belajar mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dna pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (movong about dan thinking alound)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “ mengerjakannya,” yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penuliis mengambil judul ‘ Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Diklat Akuntansi Pada Siswa Kelas………………………………tahun Pelajaran………………………….

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diats maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat meningkatkan prestasi belajar mata diklat Akuntansi pada siswa kelas ………………………………………………….?
2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dalam meningkatkan motivasi belajar mata diklat Akuntansi pada siswa kelas……………………………………….?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar mata diklat Akuntansi setelah diterapkan pembelajaran kontekstuial model pengajaran berbasis proyek/tugas pada siswa kelas ……………………………..?
2. Ingin mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar mata diklat Akuntansi setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas pada siswa kelas ……………………………………..

D. Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan proses belajar mengajar mata diklat Akuntansi
2. Meningkatkan prestasi dan motivasi pada pelajaran mata diklat Akuntanasi
3. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar mata diklat Akuntansi
4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata diklat Akuntansi
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran mata diklat Akuntansi

E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengajaran berbasis masalah (problem Based Learning) adalah
Suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah, autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topic mata pelajaran dan melaksanakan tugas bernama lainnya. Pendekatan ini memperkenalkan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonsentrasikan dalam produk nyata.
2. Motivasi belajar adalah
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapi tujuan tertentu.
3 Prestasi belajar adalah
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas ………………………………………………..tahun pelajaran………….
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Sepetember semester ganjil tahun pelajaran…………………………………
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan transaksi keuangan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perbuatan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajarm maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhasi-hari , berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yanbg tidak dapat dilihat dengan nyata prose situ terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri indivdu dalam penguasaan memperoleh hubungan-hubungan baru.


2. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil ynag telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasul yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang baik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil degna baik. Sedan pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.


Oleh Karen itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi factor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

B. Faktot-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Adapun factor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
a. Factor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut factor individu. Yang termasuk ke dalam factor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasaran, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor social
Sedangkan yang faktor social antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara dalam mengajarkannya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi social.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas, bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan dalam arti tidak ditunjang atau di dukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.

C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulus tindakan kearah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kea rah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat.
Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan pendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bawah di dalam kelas para siswa harus mengabdikan dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menujui kearah kebebasan , produktivitas , kedewasaan atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilihj topic, kegiatan atau tujuan yang bermanfaat baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

D. Motivasi Belajar Remaja
1. Harapan untuk sukses dalam memecahkan masalah tingkah laku
Untuk memecahkan masalah tingkah laku belajar remaja ada dua faktor:
a. Kesulitan tugas yang dipelajari dan banyaknya pengalaman yang telah dimiliki individu untuk mengerjakan tugas yang sama. (Sulit mempelajari sejumlah pengalaman dalam waktu yang sama)
b. Penggunaan situasi yang tepat untuk memecahkan masalah yang khusus.
Ada dua kemungkinan memecahkan masalah itu, yaitu gagal dalam arti tidak tercapai tujuan atau sukses dalam arti berhasil apa yang diharapkan.
Untuk membuktikan kelompok mana yang berhasil “baik” ada empat kelompok percobaan yaitu:
a. Kelompok yang diberi dorongan
b. Kelompok yang diberi rintangan (tak diberi dorongan)
c. Kombinasi kelompok a dan b
d. Kelompok pengontrol yang tidak diberi penguatan verbal.
2. Tinjauan masa Depan yang Optimistis dan Prestasi Akademis
Tujuan memberikan arah bagi perilaku sekaligus memberi motivasi untuk bekerja pada saat itu. Individu yang berprestas akademi tinggi tampaknya ditandai oleh sikap-sikap yang lebih optimis dan pemusatan perhatiannya lebih tinggi terhadap tujuan-tujuan masa mendatang.
Menurut teori Eston yang sejalan teori Lewi, bila dalam diskusi para pengelola selalu membicarakan masa akan yang akan dating, berarti mereka mempunyai harapan positif dan optimis. Sebaliknya , mereka yang kurang perhatian, tanpa konsentrasi, berarti harapanny6a pendek dan prestasinya rendah.
3. Motivasi siswa dalam Hubungan degnan Aktivitas Dorongan Sosial
Menurut teori Boyle M.Bortner ( dalam Halamik, Oemar, 2000:179), guru tidak selalu dapat menciptakan motivasi, sedangkan motivasi adalah dasar untuk setiap usaha dan berpengaruh terhadap pihak lain. Contohnya pembuat iklan, penerbit, mandor, dan hakim, selalu memikirkan motivasi. Begitu pula guru harus disukai oleh ynag lain. Motivasi itu sangat penting dan menentukan kegiatan dalam belajar. Bila remaja tidak punya motivasi maka guru tidak menjamin penepatan siswa di kelas tertentu, baik kegiatan belajarnya maupun keberhasilannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ialah umur, kondisi fusuk dan kekuatan intelegensi yang juga harus dipertimbangkan dalam hal ini. Motivasi sangat penging karena suatu kelompok yang tidak punya motvasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil). Dengan demikan, motivasi harus dikembangkan berdasarkan pertimbangan perbedaan individual. Secara umum semua manusia membutuhkan motivasi untuk giat bekerja kecuali (mungkin0 orang yang sudah tua dan orang yang sedang sakit.
4. Dorongan Aktivitas
Hampir setiap orang menyukai situasi yang menyediakan pekerjaan. hal ini dapat kita lihat misalnya anak kecil biasanya suka berlari, meloncat, berteriak, bermain membangun remaja biasanya belajar berorganisasi, berpartisipasi, menari, mengembangkan hobi dan membuat rencana. Ini berarti bahwa guru harus melihat dan memperhatikan siswa mana yang aktif dan kreatif sehigga perlu diberi kesempatan untuk aktif. Guru membantu siswa yang mendapat kesulitan atau suatu masalah. Ia memberikan petunjuk dan demonstrasi, melaksanakan karyawisata, survey, wawancara dengan warga masyarakat dan sebagainya.
5. Dorongan untuk merasa aman
Remaja mempunyai motif yang kuat untuk mengembangkan minat dan memperoleh pekerjaan, berdiri sendiri, mengubah status social, dan mengembangkan emosi yang normal.
Motivasi dapat digunakan sebaai alat dalam prosedur belajar-mengajar dengan demikian , guru harus membantu mereka dalam memenui kebutuhan akan keamanannya antara lain dengan cara sebagai berikut:
a. Memberikan kesempata yang cukup untuk berpartisipasi aktif, memberi semangat, memberi ide dan menyediakan situasi belajar yang baik.
b. Melaksanakan kegiatan dramatisasi melalui perencanaan bersama guru dan para siswa.
c. Mengadakan survaim wawancara dan mendorong keberanian mereka dalam forum pertemuan dengan orang dewasa.
d. Memecahkan masalah bersama siswa. Guru jangan memecahkan masalah secara samara-samar karena tidak akan berhasil baik.

6. Dorongan untuk Masteri (The Mastery)
Remaja memiliki keinginan untuk berdiri sendiri. Untuk memuaskan dorongan ini guru harus memberi semangat kepada mereka, antara lain dengan cara :
a. Membantu setiap siswa sampai dia sukses.
b. Membebaskan siswa dar keterbelakangan
c. Mengembangkan kemampuan mereka secara optimal.
d. Memberikan bimbingan dan latihan
7. Dorongan untuk Dihargai (the Drive for Recognition)
Setiap orang ingin dihargai oleh orang lain. Misalnya
a. Anak kecil ingin dikenal oleh anggota keluarga lainnya.
b. Pada masa sekolah anak mempunyai kondisi yang kuat untuk dikenal oleh teman-temannya.
Beberapa orang siswa merasa tidak beruntung karena mereka tidak mendapat pengakuan social sebagaimana mestinya. Mungkin siswa yang bersangkutan kurang kemampuannya. Guru akan berusaha meningkatkan hasil belajarnya, bukan membeda-bedakan dari yang lainnya. Guru perlu memberikan pujian untuk menghargai kemajuan seseorang. Ia hendaknya berusaha menyalurkan minat siswa melalui pengalaman dalam pekerjaan dan dalam hobinya.


8. Dorongan untuk Merasa Memiliki (The for Belonging)
Keinginan untuk hidup berkelompok juta terdapat di kalangan remaja. Hal ini perlu dikembangkan sejak kecil sejak anak masuk sekolah mereka menyukai setiap orang. Hal ini dapat dijadikan modal guru dalam memotivasi. Teknik penyajiannya ialah melalui aktivitas kelompok, panitia kerja, percobaan, pembentukan klub-klub, khusus, misalnya klub percakapan bahasa inggris.

E. Prinsip Motivasi
Prinsip ini di susun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi belajar siswa di sekolah berdasarkan pandangan demokrasi. Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan:
1. Pujian lebih efektif dari pada hukuman . hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu pujial lebih besar nilainya bagi motifasi belajar.
2. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemusatan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Para siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin.
3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada di dalam dirinya sendiri.
4. Jawaban ( perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinformancement) apabila suatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka perbuatan itu perlu segera diulang kembali beberapa menit kemudian sehingga hasilnya lebih mantap. Penguatan ini perlu dilakukan dalam setiap tingkat pengalaman belajar.
5 Motivasi mudah menjalar luar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan mempengaruhi para siswa sehingga mereka juga berminat tinggi dan antusias. Siswa yang antusias akan mendorong motivasi para siswa lainnya.
6. Pemaham yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.
7. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendir akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksanakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri ia akan mengembangkan motivasi dan disiplin yang lebih baik.
8. Pujian-pujian yang datannya dari luar (external rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain misalnya untuk memperoleh angka yang lebih tinggi, siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk mendorong minat siswa. Cara mengajar yang bersifat ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan.
10.Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya. Minat khusus yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya minat bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi.
11.Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa ynag tergolong pandai. Hal ini disebabkan oleh perbedaanb tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh karena itu guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya hendaknya menyesuaikan usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.
12.Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
13. Motivasi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan teknik mengajar tertentu, motivasi dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh siswa apabila diberi semacam hambatan misalnya adanya ujian yang mendadak, peraturan sekolah, kreativitasnya akan meningkat sehingga dia lolos dari hambatan itu.
14. Kecemasan akan menimbulkanm kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal laan sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.
15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik. Emosi yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetic, kelakuan yang lebih bergairah.
16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu, para siswa cenderung melakukan hal-hal yang tidak wajar sebaga manifestasi dari frustasi yang terkandun di dalam dirinya.
17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlain-lainan. Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif, tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan. Hal ini tergantung pada stabilitas emosi masing-masing.

F. Teknik Memotifasi Berdasarkan Teori Kebutuhan
1. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran
Teknik ini dianggap berhasil bila menumbuh kembangkan minat anak untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat. Jadi penghargaan ni menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan Karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.
2. Pemberian Angka atau Grade
Apabila pemberian angka atau grade didasarkan atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal : anak yang mendapat angka baik dan anak yang mendapat angka jelek. Pada anak yang mendapat angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tidak ada semangat ter hadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.
Dalam hubungan ini, William Glasser dalam Schools without Failure (1969) (dalam Hamalik Umat, 2000:184) menyatakan “ karena grade a tau angka itu lebih banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan dan karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya menyarankan system pelaporan kemajuan siswa yang keseluruhannya menghilangkan kegagalan. Saya menyarankan jangan ada siswa yang tergolomng gagal atau hal-hal yang menyebabkan a merasa gagal dengan adanya system angka”.

3. Keberhasilan dan tingkat Aspirasi
Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.
Menurur Smith apa yang dicita-citakan seseorang untuk dikerjakan pada masa datang tergantung pada pengamatannya tentang apa—apa yang mungkin baginya. Menurut Borow, tingkat aspirai banyak tergantung pada inteligensi, status social ekonomi, hubungan dan harapan orang tua. Akan tetapi faktor yang paling kuat adalah perbandingan besar-kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan (Hamalik, Oemar, 2000:185)
Dalam hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuna harus dapat dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.
4. Pemberian Pujian
Teknik lain untuk memberikan motivasi adalah pujian. Namun harus diingat bahwa efek pujian itu tergantung pada siapa yang memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu. Para siswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri, mengalami kecemasan dan merasa tergantung para orang lain akan responsive terhadap pujian. Pujian dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam bentuk nonverbal misalnya anggukan kepala, senyuman atau tepukan bahu .
5. Kompetisi dan Kooperasi
Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan uyan sama untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat para peserta.
Ada tiga jenis persaingan yang efektif:
a. Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.
b. Kompetisi kelompok di mana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat.
c. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.
Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh kelompok dan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan cara kerja sama. Menurut lowry dan Rankin (1969) kerja sama adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari hubungan-hubungan antar kelompok (dalam Hamalik, Umar, 2000: 186)
6. Pemberian Harapan
Harapan selalu mengacu ke depan Artinya, jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya dia dapat memperole dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah, kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya cara ini tidak menghasilkan apa-apa jika tidak memenuhi harapan yang diberikan kepada para siswa.


G. Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas
Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaranm komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topic mata pelajaran dan melaksanakan tugas bernama lainnya. Pendekatna ini memperkenalkan siswa untuk secara mandiri dalam mengkonstruksikannya dalam produk nyata (Buck institute for Education, 2001)
Siswa diberikan tugas/ proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi realistis/autentik dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas mereka (bukan diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas kompleks yang padu suatu diharapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut). Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas seperti proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, menulis untukj disajikan kepada forum mendengar yang sesungguhnyam dan tugas-tugas autentik lainnya. Istilah situated learning (Prawat, 1992) digunakan untuk menggambarkan pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyatam, tugas-tugas outentik/asli yang sebenarnya.
Tidak memandang apakah suatu tugas harus dikerjakan sebagai pekerjaan kelas atau sebagai pekerjaan rumah, empat prinsip berikut ini membantu siswa dalam perjalanan mereka menjadi pembelajaran mandiri yang efektif.
1. Membuat tugas bermakna, jelas dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi siswa untuk kehilangan minat dan melakukan tindakan yang tidak relevan khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat dipertahankan ketertiban siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu dan apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secara bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjuk bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang terlibat. Sebaliknya guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dapat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepada siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementara petunjuk-petunjuk tentang “ apa yang dilakukan “ adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “ mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugasm guru hendaknya mempertimbangkan ciri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukup untuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
2. Menganekaragamkan tugas-tugas
Sama dengan kehidupanb pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah siswa kemungkinan besar tetap terlibat dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada tindak monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas belajar dan strategi-strategi kognitif yang terlibat. Membaca dalam hati, laporan proyek-proyek khusus dan bahan-bahan multimedia menawarkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak ada alas an bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
3. Menaruh perhatian pada tingkat kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyesuaian tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tersebut seharusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tngkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang menantangm namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan mengerjakannya tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
4. Monitoring Kemajuan siswa
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitoring tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk menetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif yang terlibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan pengembalian tugas dengan umpan balik. Pada saat beberapa sswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok-kelompok tersebut secara bergantinga dan berkeliling di antara siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepada mereka dengan umpan balik.

| Free Bussines? |

0 komentar:

Posting Komentar

Pasang Kode Iklan sobat yg berukuran 120 x 600 disini!!!
;